"Omong doang sih gampang"
"Emang kamu pernah ngerasain apa yang aku rasain? Jangan kebanyakan omong deh!"
Banyak kalimat umpatan sejenis yang saya temukan di sosial media dalam menanggapi status maupun kicauan para motivator di dunia maya. Membaca umpatan mereka, saya cuma bisa mengerutkan kening. Saya merasa tidak pantas saat mau mengomentari mereka, meskipun menurut saya, umpatan yang demikian tidaklah sopan. Menurut saya, lho.
Ketika ada yang ngomong di sosial media: "Ayo perbanyak sedekah", "Ayo shalat Dhuha dulu!", ada saja yang berkomentar miring: "Emang situ udah sedekah berapa banyak?", "Emang situ udah nggak bolong shalat Dhuhanya?". Bukankah jika kita tidak suka dengan ajakan tersebut, lebih baik kita diam dan mengabaikannya? Bukankah jika kita mengakui kebenarannya, lebih baik kita melihat lebih dalam ke jiwa kita? Sudahkah kita seperti itu?
Ah, saya jadi ingat dengan apa yang pernah saya lakukan sekitar setahun yang lalu. Dulu, saya sering mengirimkan SMS kepada teman-teman saya yang berisi kutipan buku, ayat-ayat dari Kitab Suci, quotes dari tokoh-tokoh dunia, dan sejenisnya. Maksud saya cuma ingin membagikan ilmu yang saya dapat dan menurut saya ilmu itu bersifat positif, meski saya belum dapat atau dalam proses belajar mengaplikasikannya dalam kehidupan saya. Ada teman yang merespon positif, ada yang kemudian mengajak saya diskusi tentang apa yang saya SMS-kan, dan ada pula yang entah merespon entah tidak terhadap SMS saya itu (karena mereka tidak membalas SMS saya itu, hehe).
Namun, setelah saya membaca komentar-komentar negatif yang saya temukan di sosial media (dan tentunya mereka tidak mengomentari saya), agaknya saya harus tahu diri. Sejak saat itu, saya tidak lagi mengirimkan SMS-SMS semacam itu karena saya takut menjadi orang yang omong doang, ngelakuin kagak. Atau setidaknya saya masih belajar melakukannya, jadi saya merasa belum pantas mengirimkan SMS-SMS seperti itu.
Pasca berhentinya saya mengirimkan SMS itu, ada beberapa teman yang SMS: "Kak, kangen SMS motivasi darimu. Kok sekarang udah nggak SMS gituan lagi sih?", "Pak, kasih aku motivasi dong!", dsb. Saya jadi serba salah. Mau mengirimkan lagi, kok saya juga masih belajar melakukannya, merasa belum pantas: saya bukan motivator, saya bukan orang yang telah mengukir prestasi, saya bukan ustaz, saya hanyalah remaja labil yang ingin berbagi ilmu. Mau tidak, kok ada yang mengaharapkan saya mengirimkannya lagi. Akhirnya saya mengambil keputusan untuk berhenti dulu.
Dan ini berdampak pada saya saat saya belajar menulis. Ingin rasanya saya berbagi pelajaran kehidupan dalam tulisan yang saya buat. Tapi bagaimana jika dalam realitasnya, saya baru belajar mengaplikasikannya, atau malah saya belum melakukannya sama sekali (tapi saya menganggap pelajaran itu baik)? Salahkah saya untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dalam kondisi saya yang seperti itu? Pantaskah? Salahkah? Bagaimana saya harus tahu diri?
Ah, sebenarnya saya malu mem-publish curhatan galau saya ini. Saya rasa cuma luapan kelabilan saya yang tak bermanfaat bagi pengunjung blog saya. Jadi, maafkan saya jika Anda kecewa telah membaca tulisan saya yang satu ini. :)
"Emang kamu pernah ngerasain apa yang aku rasain? Jangan kebanyakan omong deh!"
Banyak kalimat umpatan sejenis yang saya temukan di sosial media dalam menanggapi status maupun kicauan para motivator di dunia maya. Membaca umpatan mereka, saya cuma bisa mengerutkan kening. Saya merasa tidak pantas saat mau mengomentari mereka, meskipun menurut saya, umpatan yang demikian tidaklah sopan. Menurut saya, lho.
Ketika ada yang ngomong di sosial media: "Ayo perbanyak sedekah", "Ayo shalat Dhuha dulu!", ada saja yang berkomentar miring: "Emang situ udah sedekah berapa banyak?", "Emang situ udah nggak bolong shalat Dhuhanya?". Bukankah jika kita tidak suka dengan ajakan tersebut, lebih baik kita diam dan mengabaikannya? Bukankah jika kita mengakui kebenarannya, lebih baik kita melihat lebih dalam ke jiwa kita? Sudahkah kita seperti itu?
Ah, saya jadi ingat dengan apa yang pernah saya lakukan sekitar setahun yang lalu. Dulu, saya sering mengirimkan SMS kepada teman-teman saya yang berisi kutipan buku, ayat-ayat dari Kitab Suci, quotes dari tokoh-tokoh dunia, dan sejenisnya. Maksud saya cuma ingin membagikan ilmu yang saya dapat dan menurut saya ilmu itu bersifat positif, meski saya belum dapat atau dalam proses belajar mengaplikasikannya dalam kehidupan saya. Ada teman yang merespon positif, ada yang kemudian mengajak saya diskusi tentang apa yang saya SMS-kan, dan ada pula yang entah merespon entah tidak terhadap SMS saya itu (karena mereka tidak membalas SMS saya itu, hehe).
Namun, setelah saya membaca komentar-komentar negatif yang saya temukan di sosial media (dan tentunya mereka tidak mengomentari saya), agaknya saya harus tahu diri. Sejak saat itu, saya tidak lagi mengirimkan SMS-SMS semacam itu karena saya takut menjadi orang yang omong doang, ngelakuin kagak. Atau setidaknya saya masih belajar melakukannya, jadi saya merasa belum pantas mengirimkan SMS-SMS seperti itu.
Pasca berhentinya saya mengirimkan SMS itu, ada beberapa teman yang SMS: "Kak, kangen SMS motivasi darimu. Kok sekarang udah nggak SMS gituan lagi sih?", "Pak, kasih aku motivasi dong!", dsb. Saya jadi serba salah. Mau mengirimkan lagi, kok saya juga masih belajar melakukannya, merasa belum pantas: saya bukan motivator, saya bukan orang yang telah mengukir prestasi, saya bukan ustaz, saya hanyalah remaja labil yang ingin berbagi ilmu. Mau tidak, kok ada yang mengaharapkan saya mengirimkannya lagi. Akhirnya saya mengambil keputusan untuk berhenti dulu.
Dan ini berdampak pada saya saat saya belajar menulis. Ingin rasanya saya berbagi pelajaran kehidupan dalam tulisan yang saya buat. Tapi bagaimana jika dalam realitasnya, saya baru belajar mengaplikasikannya, atau malah saya belum melakukannya sama sekali (tapi saya menganggap pelajaran itu baik)? Salahkah saya untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dalam kondisi saya yang seperti itu? Pantaskah? Salahkah? Bagaimana saya harus tahu diri?
Ah, sebenarnya saya malu mem-publish curhatan galau saya ini. Saya rasa cuma luapan kelabilan saya yang tak bermanfaat bagi pengunjung blog saya. Jadi, maafkan saya jika Anda kecewa telah membaca tulisan saya yang satu ini. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar